![]() |
| pic source: http://cdn.ar.com |
17 Agustus 2015
Alhamdulillah
hari ini diberi kesempatan menjadi salah satu konsultan gizi sebagai bagian
dari tim Edukasi Gizi yang didirikan oleh Kak Septian IPB.
Hari ini saya
dan 6 orang lainnya menjadi konsultan dalam konsultasi gizi di acara yang diadakan
oleh Bogor Life Science and Technology di daerah Taman Kencana, Bogor. Kegiatan
kami dimulai dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, lemak tubuh dan
tekanan darah. Selanjutnya, diteruskan dengan konsultasi perorangan. Saya
sendiri telah memberikan konsultasi kepada sekitar 7 orang (saya lupa jumlah
pastinya karena peserta yang mengikuti cukup ramai J).
Banyak hal
yang saya dapatkan dari pengalaman ini meski memang ini bukan pengalaman
pertama melakukan konsultasi gizi. Sebelumnya, saya pernah memberikan
konsultasi gizi dalam rangka mata kuliah Konsultasi Gizi namun klien umumnya
memang civitas akademik.
Saya merasa
jauh sekali dari kesempurnaan karena memang manusia tidak sempurna pada
dasarnya. Namun, sebagai calon ahli gizi dan konsultan gizi, banyak hal yang
perlu saya pelajari lagi. Beberapa hal yang perlu saya catat dan ingat adalah
masalah gizi tidak hanya terjadi karena kesalahan pola makan, pola istirahat
dan penyakit. Banyak faktor lain seperti tradisi, agama, ekonomi dan
sebagainya. Beberapa klien yang saya beri konsultasi hari ini sebagai
contohnya.
Seorang
klien, (kita sebut saja A) mengalami masalah gizi kurus. Ketika saya telusuri
pola makan, istirahat dan kebiasaanya, faktor tradisi dan agama menjadi faktor
penyebabnya.
Seorang klien
lagi (kita sebut saja B) tidak mengalami masalah gizi berarti. Namun, ketika
ditelusuri pola makan, aktivitas dan kebiasaannya, faktor ekonomi dan keluarga
menjadi faktor yang menyumbang kebiasaan makan yang kurang baik pada klien ini.
Sebagai
seorang calon konsultan gizi, kita hendaknya menelusuri dahulu akar masalahnya
kemudian memberikan saran sesuai dengan masalah dan latar belakang klien.
Mungkin akan sulit bila masalah gizi ini berasal dari masalah tradisi, agama,
ekonomi dan keluarga. Miris sekali saya bila mengetahui hal ini, terutama
masalah gizi yang terjadi karena faktor ekonomi. Faktor ekonomi saat ini
dijadikan perlombaan di kalangan atas dan para politis. Berita-berita
menyiarkan kenaikan ekonomi di negeri ini. Hari ini hari kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 2015. Dan hari ini bertepatan dengan kemirisan yang kembali saya
rasakan akan negeri ini. Apalah artinya siar siur tentang pergerakan ekonomi
Indonesia yang merayap naik dan tentang pembangunan gedung-gedung baru, tapi Sumber
Daya Manusia (SDM) tidak diperhatikan. Bukankah SDM adalah dasar atau poros
dari suatu bangsa yang merdeka? Merdeka dari penjajahan memang telah terjadi
sejak 70 tahun silam, merdeka dari penjajahan invisible justru makin kuat terutama saat ini, saat mulai memasuki Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
GIZI. Faktor yang sangat penting dan mendasari
pembentukan generasi Indonesia yang sehat dan berkualitas. Berilah ruang khusus
untuknya, untuk penduduk kita, untuk negara kita , INDONESIA.
Mulai dengan tidak hanya BICARA tapi juga AKSI
NYATA!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar